Minggu, 01 Mei 2011

Pengertian Psikologi agama


Oleh : Anasuya Pativrata
 
Psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari beberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku sehari – hari serta keadaan hidup pada umumnya. Dari sudut pandang agama hindu, pendidikan agama hindu sangat erat kaitannya dengan psikologi agama dalam menangani munculnya berbagai kasus dalam bentuk krisis moral, dengan demikian kedua lmu ini akan memberikan kontribusi dalam menanamkan konsep nilai dan norma, serta nilai mental spiritual.
Apabila dikaji tentang makna pendidikan mengandung pengertian mengantarkan anak ketingkat dewasa atau kedewasaan baik jasmani maupun rohani. Dengan demikian orang dikatakan dewasa dalam hal ini dapat dilihat dari perkembangan jasmani dan perkembangan rohani seimbang serta dapat mengambil kesimpulan terhadap masalahnya sendiri dan dapat bertanggung jawab terhadap beban hidup yang dihadapi sebagai makhluk social dalam masyarakat. Dengan ungkapan lain, psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tatacara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkahlaku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinannya itu masuk kedalam konstruksi kepribadiannya.
Agama tanpa psikologi berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Kalau tidak ada psikologi, agama menjadi alat bagi orang–orang pandai dan munafik. Dalam perkembangan manusia mulai dari prenatal hingga lanjut usia mengalami perkembangan agama yang selalu mengikuti seperti pada saat manusia itu dilahirkan pasti akan mengikuti agama yang dianut oleh orang tuanya karena hanya orang tuanya yang menjadikan anak itu islam, majusi, yahudi atau nasrani tetapi ketika manusia itu sudah menginjak usia remaja maka dia akan mulai berpikir secara mandiri bagaimana cara mengimplementasikan ajaran agama yang dianutnya dalam khidupan sehari-harinya hingga dia menginjak usia dewasa maka dia akan lebih matang dalam beragama. Dalam makalah ini kami mencoba memaparkan bagaimana perkembangan agama pada usia remaja dan dewasa.
Manusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif   ,karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.
Selanjutnya  manusia juga disebut  sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan seagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif  bagi perkembangan manusia.
Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan, kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan  dalam perkembangan.
Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik,dan dengan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar